Jakarta, 1 Juni 2025 — Upaya pemerintah Indonesia dalam mengelola sampah secara tuntas menghadapi tantangan serius. Target nasional untuk mengurangi timbulan sampah hingga 30 % dan menangani 70 % sampah pada tahun 2025 sebagaimana tercantum dalam Perpres Nomor 97 Tahun 2017 dinyatakan belum tercapai.
Berdasarkan evaluasi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada awal 2025, Indonesia hanya mampu mengurangi timbulan sampah sebesar 18 %, dan baru menuntaskan penanganan sampah sekitar 48 % dari target yang ditetapkan. Artinya, hampir setengah dari sampah nasional masih belum dikelola secara memadai dan berisiko mencemari lingkungan, terutama di kawasan permukiman padat dan daerah pesisir.
Sejumlah faktor memengaruhi kegagalan capaian ini antara lain keterbatasan infrastruktur di tingkat kabupaten/kota, kurangnya kesadaran masyarakat memilah sampah dari rumah, sistem logistik persampahan yang belum merata, terutama di kawasan rural, dan minimnya inovasi teknologi.
Selain itu, data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) menunjukkan sekitar 40 % sampah masih berakhir di lingkungan terbuka, sungai, atau dibakar di halaman rumah tanpa pengelolaan yang layak. Praktik ini berkontribusi pada pencemaran air tanah, polusi udara, serta potensi gangguan kesehatan masyarakat.
Di tengah situasi tersebut, pendekatan ekonomi sirkular menjadi salah satu solusi yang digaungkan pemerintah dan praktisi lingkungan. Prinsipnya adalah memaksimalkan nilai sampah agar bisa kembali ke rantai produksi melalui daur ulang, kompos, dan pemulihan energi, sehingga mengurangi ketergantungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Namun ekonomi sirkular tidak akan berjalan tanpa partisipasi publik. Inilah tantangan yang coba dijawab oleh Hijao. Hijao hadir sebagai jembatan antara masyarakat dan fasilitas pengelolaan sampah berbasis teknologi digital yang membuka peluang supaya pengelolaan sampah bukan lagi kewajiban pemerintah semata, tapi menjadi gaya hidup yang lebih bertanggung jawab.
Meski target 2025 gagal tercapai, pemerintah tetap memproyeksikan 100 % layanan persampahan pada 2030 melalui program Indonesia Bersih Sampah. Kolaborasi dengan sektor swasta dan inovasi teknologi menjadi bagian penting dari strategi itu.
Hijao berkomitmen mendukung target 2030 dengan memperluas jangkauan layanan ke seluruh wilayah urban dan semi-urban, termasuk daerah yang belum terlayani sistem pengangkutan sampah formal. Fitur Hijao juga akan selalu dikembangkan dengan inovasi-inovasi agar memudahkan warga.
Mari bersama Hijao untuk menumbuhkan kesadaran bahwa sampah bukan hanya beban, tetapi juga peluang untuk menjadikan Indonesia yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Ditulis oleh Tim Media Hijao diolah dari berbagai sumber.