51 % Permukiman Indonesia Belum Terlayani Angkut Sampah: Tantangan Infrastruktur

Sebagian besar sampah di wilayah Indonesia masih berakhir di Tempat Pembuangan Akhir tanpa pemilahan awal, menimbulkan beban lingkungan yang signifikan.

Admin Hijao

Author

1 July 2025

12:36 WIB

6 menit

Waktu baca

51 % Permukiman Indonesia Belum Terlayani Angkut Sampah: Tantangan Infrastruktur

Jakarta, 1 Juli 2025 — Masalah persampahan di Indonesia kian kompleks seiring bertambahnya populasi dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Data terbaru menunjukkan sekitar 51 % permukiman di Indonesia belum terlayani oleh sistem pengangkutan sampah yang memadai, sehingga masyarakat kerap membuang sampah sembarangan atau langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa proses pemilahan.

Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), sekitar 137.000 ton sampah per hari dihasilkan di Indonesia, namun sebagian besar masih berakhir di TPA tanpa pemilahan awal, menimbulkan beban lingkungan yang signifikan. Hal ini memicu permasalahan lanjutan seperti pencemaran air tanah, emisi gas metana, serta potensi banjir akibat saluran air tersumbat sampah.

Permasalahan di kawasan perkotaan umumnya terkait volume sampah yang sangat besar dan pertumbuhan kawasan hunian yang padat, membuat pengangkutan tidak sebanding dengan peningkatan timbulan sampah. Sementara di wilayah pedesaan, tantangan utama adalah akses infrastruktur seperti jalan yang layak, armada pengangkut yang terbatas, serta rendahnya kesadaran memilah sampah sejak rumah tangga.

Data KLH juga mencatat, dari total sampah nasional, hanya sekitar 7–10 % yang berhasil diolah melalui fasilitas pemulihan atau daur ulang, selebihnya langsung ditimbun di TPA. Banyak TPA di Indonesia juga telah melebihi kapasitas operasional, sehingga menimbulkan risiko kesehatan masyarakat di sekitar kawasan pembuangan.

Pemerintah melalui KLH bersama Kementerian PUPR telah merumuskan target layanan pengelolaan sampah 100 % terlayani pada 2030 dengan strategi memperluas armada angkut, memperbaiki infrastruktur TPA, serta meningkatkan program edukasi pemilahan sampah dari rumah tangga. Program-program seperti Indonesia Bersih Sampah 2030 diharapkan dapat menurunkan pembuangan sampah ke lingkungan secara signifikan.

Selain itu, kolaborasi dengan swasta, termasuk teknologi digital seperti aplikasi Hijao, dinilai berpotensi mendorong efisiensi pengumpulan sampah berbasis ekonomi sirkular. Dengan model layanan digital, masyarakat bisa dijadwalkan lebih pasti untuk penjemputan sampah, mempermudah pelacakan, sekaligus mendapatkan edukasi cara memilah sampah di rumah.

Sebagai platform digital layanan angkut sampah dan pengelolaan sirkular, Hijao berkomitmen mendukung target pemerintah dengan menyediakan sistem yang mempermudah masyarakat terhubung ke layanan resmi melalui fitur aplikasi.

Hijao percaya bahwa transformasi layanan persampahan tidak hanya bergantung pada pembangunan infrastruktur fisik, tetapi juga inovasi teknologi dan kesadaran kolektif seluruh masyarakat.

Sampah adalah tanggung jawab kita Bersama. Download aplikasi Hijao untuk membantu cita-cita Indonesia bebas sampah dapat tercapai.

Ditulis oleh Tim Media Hijao diolah dari berbagai sumber.

Artikel Terkait

Kami menghargai Privasi anda

Kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda, menganalisis penggunaan situs, dan menyediakan konten yang dipersonalisasi. Data Anda akan diproses sesuai dengan Kebijakan Privasi kami.